Rieke Diah Pitaloka dan Kartini 1

Rieke Diah Pitaloka Sebut Surat-Surat RA Kartini Penting Dijadikan Memori Kolektif Dunia

MOJOK.CO – Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Rieke Diah Pitaloka, mengatakan bahwa arsip surat-surat RA Kartini kepada para sahabat penanya sangat penting untuk dijadikan memori kolektif dunia.

“Khususnya, surat-surat Kartini kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin (20/3/2023).

Pernyataan ini Rieke sampaikan, saat ia bersama Delegasi ANRI menindaklanjuti kerja sama antara ANRI dan Universitas Leiden, Belanda. Perjanjian kerja sama program eksekutif itu ditandatangani Sekretaris Utama ANRI Rini Agustiani dan Direktur Perpustakaan Universitas Leiden Kurt de Belder.

Adapun, kerjasama ini membicarakan “joint nomination” dua negara, yakni Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda terkait warisan sejarah bangsa.

Kedua negara ini mengajukan kepada UNESCO agar arsip Kartini masuk sebagai Memory of The World (MoW) pada tahun ini. Sebagai informasi, MoW sendiri merupakan ingatan kolektif manusia berupa warisan dokumenter (dalam bentuk audio, visual, audio-visual, dan benda cetakan) yang secara sah dapat menjadi bukti kejadian penting dalam sejarah umat manusia.

Beberapa warisan budaya tertulis Indonesia yang sudah mendapat pengakuan dunia melalui program MoW antara lain Archives of the Dutch East India Company, I La Galigo, Nagarakretagama, Babad Diponegoro, Arsip Konferensi Asia-Afrika, Arsip Tsunami, Naskah Panji, dan Dokumen Restorasi Borobudur.

Sebagai Delegasi ANRI, turut serta juga Dewan Pakar Indonesia untuk MoW UNESCO Wardiman Djojonegoro, Pakar Arsip Kemaritiman ANRI Connie Rahakundini Bakrie, dan Kepala Biro Hukum Administrasi Kementerian dan Perwakilan Kemenlu Pendekar Muda Leonard Sondakh.

Kartini perjuangkan kesetaraan gender

Dalam tindak lanjut kerjasama tersebut, Rieke juga memberikan pandangannya terkait pandangan ideologis sosok RA Kartini.

Menurut Anggota Komisi VI DPR RI ini, Kartini memiliki wacana kritis atas sistem konservatif dan feodal yang pada gilirannya melahirkan ketidakadilan.

Bahkan, kata Rieke, ketidakadilan yang Kartini soroti bukan hanya terjadi pada perempuan, tetapi masyarakat secara umum.

“RA Kartini membuka cakrawala pemikiran dan isu kesetaraan gender merupakan perjuangan keadilan sosial bagi setiap manusia,” ucapnya.

Menurut dia, kesetaraan gender merupakan perjuangan kaum perempuan untuk berperan aktif dalam upaya menghadirkan kehidupan yang lebih baik. Terutama, kehidupan tanpa penindasan dalam bentuk apa pun.

Sahabat pena Kartini

Seperti kita ketahui, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini merupakan perempuan ningrat yang memiliki pemikiran moderat. Ia adalah pahlawan perempuan Indonesia yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak perempuan pribumi, terutama di bidang pendidikan.

Hal itulah yang membawanya memperjuangkan hak-hak perempuan, salah satunya dengan mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Kartini di Semarang pada 1912. Karena sering mengirimkan surat dan tulisan pada surat kabar Belanda, namanya pun terkenal di Belanda.

Adapun, berdasarkan catatan sejarah, RA Kartini memiliki beberapa sahabat pena. Antara lain Stella Zeehandelaar, Jacques dan Rosa Abenandon, Henri dan Nelly van Kol, M. C. E. Ovink-Soer, Nicolaus Adriani, H. G. de Booy-Boissevain, dan G. K. Anton.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

Sumber: Mojok.CO